like this

Ziryab, Penemu yang Terlupakan

Rasanya nama Ziryab belum banyak yang tahu, meskipun sesungguhnya ia termasuk penemu (inventor) dan seniman hebat sekaliber Leonardo da Vinci.



Ziryab (789-857 AD) atau dengan nama arab Abu I-Hasan 'Ali Ibn Nafi' adalah seorang polymath dari Persia (polymath: seseorang yang pengetahuannya tidak terbatas hanya pada satu bidang), seorang mantan budak yang kemudian menjadi ahli di berbagai bidang sebagai musisi, penyanyi, perancang busana, penemu, botanis, dan lainnya.

Banyak hal yang lazim kita lakukan di era modern sekarang bersumber dari "revolusi" yang dilakukan Zyrab. Diantaranya:

1. Memperkenalkan cara makan dalam sajian resmi : soup (atau appetizer), hidangan utama (main course), lalu pudding (dessert).
2. Gelas kristal? Itu hasil penemuan Zyrab. Sebelumnya orang di zaman tersebut banyak memakai gelas dari logam atau tembikar.
3. Di dunia fashion, Zyrab membawa perubahan gaya pakaian. Saat musim dingin datang, Zyrab merancang pakaian berbahan katun hangat dan wool. Intinya, Zyrab membuat orang mengenakan pakaian sesuai musim.
4. Gaya rambut pendek bagi pria dan mencukur jenggot (shaving) dipopulerkan oleh Zyrab.
5. Dia yang mempromosikan mandi dua kali sehari.
6. Menemukan pasta gigi seperti yang kita pakai sekarang.
7. Menemukan deodoran.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

7 Ciri-Ciri Seorang Pemimpin

Pada dasarnya kita terlahir sebagai seorang pemimpin. Namun terkadang kita tidak sadar dan tidak tahu bahwa sebenarnya kita memiliki potensi untuk menjadi seorang pemimpin. Dan alangkah lebih baik kita bisa mengetahui potensi tersebut. Karena potensi tersebut bisa di asah dan ditingkatkan. Atau justru bisa juga potensi itu akan menurun dan hilang. Lalu bagaimana cara kita agar tahu apakan kita memilki ciri- ciri/ potensi seorang pemimpin ?. Untuk itu Cobalah simak ciri-ciri pemimpin luar biasa berikut ini, siapa tau itu ada pada diri anda:

1.    Bertanggung Jawab
Biasanya seorang pemimpin memiliki rasa tanggung jawab yang besar di dalam dirinya. Karena dia merasa bahwa apa yang telah diamanahkan kepadanya adalah sebuah tanggung jawab yang harus di dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dan ia akan merasa bersalah jika amanah tersebut di tak dilaksanalkan.

2.    Optimisme
Seorang pemimpin akan memandang masa depan adalah suatu kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Dan ia yakin bahwa masa depan jauh akan lebih baik. Orang yang memiliki sifat optimisme akan sangat mempengaruhi lingkungannya. Dan bisa mengajak lingkungannya. Sebab orang-orang akan mau mengikuti seseorang  yang bisa melihat masa depan dan memberitahukan pada mereka bahwa di depan sana terbentang tempat yang lebih baik dan  mereka dapat mencapai tempat itu.

3.     Integritas
Integritas adalah melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang Anda katakan dengan Anda lakukan. Jadi Integritas bukan omong kosong atau Bukan Bualan. Integritas membuat Anda dapat dipercaya. Integritas membuat orang lain mengandalkan Anda. Integritas adalah penepatan janji-janji Anda. Satu hal yang membuat sebagian besar orang enggan mengikuti Anda adalah bila mereka tak sepenuhnya merasa yakin bahwa Anda akan membawa mereka kepada tujuan yang Anda janjikan.


4.     Menyukai perubahan
Pemimpin adalah mereka yang melihat adanya kebutuhan akan perubahan, bahkan mereka bersedia untuk memicu perubahan itu. Sedangkan pengikut lebih suka untuk tinggal di tempat mereka  sendiri. Pemimpin melihat adanya kebaikan di balik perubahan dan mengkomunikasikannya dengan para pengikut mereka. Jika Anda tidak berubah, Anda takkan berkembang. Itulah pola pikir seorang pemimpin yang menyukai perubahan.

5.    Ulet dan pantang Menyerah
Kecenderungan dari pengikut adalah mereka menyerah saat sesuatunya menjadi sulit. Ketika mereka mencoba untuk yang ke dua atau ke tiga kalinya dan gagal, mereka lalu mencanangkan motto, “Jika Anda gagal di langkah pertama, menyerahlah dan lakukan sesuatu yang lain.” Jelas saja mereka melakukan itu, karena mereka bukan pemimpin. Para pemimpin itu tahu apa yang ada di balik tembok batu, dan mereka akan selalu berusaha menggapainya. Lalu mereka mengajak orang lain untuk terus berusaha. Dan jelas seorang tidak akan menyerah begitu saja. Ia tidak gentar dengan apa yang ia hadapi.

6.     Berani menghadapi resiko
Kebanyakan orang menghindari resiko. Padahal, kapan pun kita mencoba sesuatu yang baru, kita harus siap menghadapi resiko dan tidak takut gagal. Keberanian untuk mengambil resiko adalah bagian dari pertumbuhan yang teramat penting. Para pemimpin menghitung resiko dan keuntungan yang ada di balik resiko. Sifat berani tersebut membuat ia selalu memanadang setiap kejadian adalah peluang dan kesempatan.

7.    Berdedikasi dan komit
Para pengikut menginginkan seseorang yang lebih mencurahkan perhatian dan komitmen ketimbang diri mereka sendiri. Pengikut akan mengikuti pemimpin yang senantiasa bekerja dan berdedikasi karena mereka melihat betapa pentingnya pencapaian tugas-tugas dan tujuan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

GMT Ada di Ka'bah, dan Fakta Besar Lain


Ternyata Bukan GMT Bukan Di Greenwich, Tapi Di Ka'bah (Fakta Ilmiah)

Ka'bah, rumah Allah sejuta ummat muslim merindukan berkunjung dan menjadi tamu - tamu Allah sang maha pencipta. Kiblatnya (arah) ummat muslim dalam melaksanakan sholat, dari negara manapun semua ibadah sholat menghadap ke kiblat ini.
Istilah Ka'bah adalah bahasa al quran dari kata "ka'bu" yg berarti "mata kaki" atau tempat kaki berputar bergerak untuk melangkah. Ayat 5/6dalam Al-quran menjelaskan istilah itu dg "Ka'bain" yg berarti 'dua mata kaki' dan ayat 5/95-96 mengandung istilah 'ka'bah' yg artinya nyata "mata bumi" atau "sumbu bumi" atau kutub putaran utara bumi.

Neil Amstrong telah membuktikan bahwa kota Mekah adalah pusat dari planet Bumi. Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah.
Ketika Neil Amstrong untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet Bumi, dia berkata, "Planet Bumi ternyata menggantung di area yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya ?."



Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayang nya 21 hari kemudian website tersebut raib yang sepertinya ada alasan tersembunyi dibalik penghapusan website tersebut.

Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka'Bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite ( tidak berujung ), hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus.

Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka'Bah di planet Bumi dengan Ka'bah di alam akhirat.

Makkah Pusat Bumi
Prof. Hussain Kamel menemukan suatu fakta mengejutkan bahwa Makkah adalah pusat bumi. Pada mulanya ia meneliti suatu cara untuk menentukan arah kiblat di kota-kota besar di dunia.

Untuk tujuan ini, ia menarik garis-garis pada peta, dan sesudah itu ia mengamati dengan seksama posisi ketujuh benua terhadap Makkah dan jarak masing-masing. Ia memulai untuk menggambar garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis lintang.


Setelah dua tahun dari pekerjaan yang sulit dan berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer untuk menentukan jarak-jarak yang benar dan variasi-variasi yang berbeda, serta banyak hal lainnya. Ia kagum dengan apa yang ditemukan, bahwa Makkah merupakan pusat bumi.


Ia menyadari kemungkinan menggambar suatu lingkaran dengan Makkah sebagai titik pusatnya, dan garis luar lingkaran itu adalah benua-benuanya. Dan pada waktu yang sama, ia bergerak bersamaan dengan keliling luar benua-benua tersebut. (Majalah al-Arabiyyah, edisi 237, Agustus 1978).

Gambar-gambar Satelit, yang muncul kemudian pada tahun 90-an, menekankan hasil yang sama ketika studi-studi lebih lanjut mengarah kepada topografi lapisan-lapisan bumi dan geografi waktu daratan itu diciptakan.

Telah menjadi teori yang mapan secara ilmiah bahwa lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang, bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus menerus memusat ke arah itu seolah-olah menunjuk ke Makkah.

Studi ilmiah ini dilaksanakan untuk tujuan yang berbeda, bukan dimaksud untuk membuktikan bahwa Makkah adalah pusat dari bumi. Bagaimanapun, studi ini diterbitkan di dalam banyak majalah sain di Barat.
Allah berfirman di dalam al-Qur'an al-Karim sebagai berikut:

'Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya..' (asy-Syura: 7)

Kata 'Ummul Qura' berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya menunjukkan Makkah adalah pusat bagi kota-kota lain, dan yang lain hanyalah berada di sekelilingnya. Lebih dari itu, kata ummu (ibu) mempunyai arti yang penting di dalam kultur Islam.

Sebagaimana seorang ibu adalah sumber dari keturunan, maka Makkah juga merupakan sumber dari semua negeri lain, sebagaimana dijelaskan pada awal kajian ini. Selain itu, kata 'ibu' memberi Makkah keunggulan di atas semua kota lain.

Makkah atau Greenwich

Berdasarkan pertimbangan yang seksama bahwa Makkah berada tengah-tengah bumi sebagaimana yang dikuatkan oleh studi-studi dan gambar-gambar geologi yang dihasilkan satelit, maka benar-benar diyakini bahwa Kota Suci Makkah, bukan Greenwich, yang seharusnya dijadikan rujukan waktu dunia. Hal ini akan mengakhiri kontroversi lama yang dimulai empat dekade yang lalu.

Ada banyak argumentasi ilmiah untuk membuktikan bahwa Makkah merupakan wilayah nol bujur sangkar yang melalui kota suci tersebut, dan ia tidak melewati Greenwich di Inggris. GMT dipaksakan pada dunia ketika mayoritas negeri di dunia berada di bawah jajahan Inggris. Jika waktu Makkah yang diterapkan, maka mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu shalat.
Makkah adalah Pusat dari lapisan-lapisan langit


Ada beberapa ayat dan hadits nabawi yang menyiratkan fakta ini. Allah berfirman, 'Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.' (ar-Rahman:33)

Kata aqthar adalah bentuk jamak dari kata 'qutr' yang berarti diameter, dan ia mengacu pada langit dan bumi yang mempunyai banyak diameter.

Dari ayat ini dan dari beberapa hadits dapat dipahami bahwa diameter lapisan-lapisan langit itu di atas diameter bumi (tujuh lempengan bumi). Jika Makkah berada di tengah-tengah bumi, maka itu berarti bahwa Makkah juga berada di tengah-tengah lapisan-lapisan langit.

Selain itu ada hadits yang mengatakan bahwa Masjidil Haram di Makkah, tempat Ka'bah berada itu ada di tengah-tengah tujuh lapisan langit dan tujuh bumi (maksudnya tujuh lapisan pembentuk bumi)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Indonesia Dijajah Hanya Karena Sebuah Buku

Tahukah Anda bahwa karena sebuah bukulah maka bangsa Belanda bisa sampai di Nusantara dan melakukan penjajahan atas bumi yang kaya raya ini selama berabad-abad? Buku tersebut berjudul Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien , yang ditulis Jan Huygen van Linshoten di tahun 1595.

Inilah kisahnya:
Jauh sebelum Eropa terbuka matanya mencari dunia baru, warga pribumi Nusantara hidup dalam kedamaian. Situasi ini berubah drastis saat orang-orang Eropa mulai berdatangan dengan dalih berdagang, namun membawa pasukan tempur lengkap dengan senjatanya. Hal yang ironis, tokoh yang menggerakkan roda sejarah dunia masuk ke dalam kubangan darah adalah dua orang Paus yang berbeda. Pertama, Paus Urbanus II, yang mengobarkan perang salib untuk merebut Yerusalem dalam Konsili Clermont tahun 1096. Dan yang kedua, Paus Alexander VI.

Perang Salib tanpa disadari telah membuka mata orang Eropa tentang peradaban yang jauh lebih unggul ketimbang mereka. Eropa mengalami pencerahan akibat bersinggungan dengan orang-orang Islam dalam Perang Salib ini. Merupakan fakta jika jauh sebelum Eropa berani melayari samudera, bangsa Arab telah dikenal dunia sebagai bangsa pedagang pemberani yang terbiasa melayari samudera luas hingga ke Nusantara. Bahkan kapur barus yang merupakan salah satu zat utama dalam ritual pembalseman para Fir'aun di Mesir pada abad sebelum Masehi, didatangkan dari satu kampung kecil bernama Barus yang berada di pesisir barat Sumatera tengah.

Dari pertemuan peradaban inilah bangsa Eropa mengetahui jika ada satu wilayah di selatan bola dunia yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya, yang tidak terdapat di belahan dunia manapun. Negeri itu penuh dengan karet, lada, dan rempah-rempah lainnya, selain itu Eropa juga mencium adanya emas dan batu permata yang tersimpan di perutnya. Tanah tersebut iklimnya sangat bersahabat, dan alamnya sangat indah. Wilayah inilah yang sekarang kita kenal dengan nama Nusantara. Mendengar semua kekayaan ini Eropa sangat bernafsu untuk mencari semua hal yang selama ini belum pernah didapatkannya.

Paus Alexander VI pada tahun 1494 memberikan mandat resmi gereja kepada Kerajaan Katolik Portugis dan Spanyol melalui Perjanjian Tordesillas. Dengan adanya perjanjian ini, Paus Alexander dengan seenaknya membelah dunia di luar daratan Eropa menjadi dua kapling untuk dianeksasi. Garis demarkasi dalam perjanjian Tordesilas itu mengikuti lingkaran garis lintang dari Tanjung Pulau Verde, melampaui kedua kutub bumi. Ini memberikan Dunia Baru—kini disebut Benua Amerika—kepada Spanyol. Afrika serta India diserahkan kepada Portugis. Paus menggeser garis demarkasinya ke arah timur sejauh 1.170 kilometer dari Tanjung Pulau Verde. Brazil pun jatuh ke tangan Portugis. Jalur perampokan bangsa Eropa ke arah timur jauh menuju kepulauan Nusantara pun terbagi dua. Spanyol berlayar ke Barat dan Portugis ke Timur, keduanya akhirnya bertemu di Maluku, di Laut Banda.
Sebelumnya, jika dua kekuatan yang tengah berlomba memperbanyak harta rampokan berjumpa tepat di satu titik maka mereka akan berkelahi, namun saat bertemu di Maluku, Portugis dan Sanyol mencoba untuk menahan diri. Pada 5 September 1494, Spanyol dan Portugal membuat perjanjian Saragossa yang menetapkan garis anti-meridian atau garis sambungan pada setengah lingkaran yang melanjutkan garis 1.170 kilometer dari Tanjung Verde. Garis itu berada di timur dari kepulauan Maluku, di sekitar Guam.
Sejak itulah, Portugis dan Spanyol berhasil membawa banyak rempah-rempah dari pelayarannya. Seluruh Eropa mendengar hal tersebut dan mulai berlomba-lomba untuk juga mengirimkan armadanya ke wilayah yang baru di selatan. Ketika Eropa mengirim ekspedisi laut untuk menemukan dunia baru, pengertian antara perdagangan, peperangan, dan penyebaran agama Kristen nyaris tidak ada bedanya. Misi imperialisme Eropa ini sampai sekarang kita kenal dengan sebutan "Tiga G": Gold, Glory, dan Gospel. Seluruh penguasa, raja-raja, para pedagang, yang ada di Eropa membahas tentang negeri selatan yang sangat kaya raya ini. Mereka berlomba-lomba mencapai Nusantara dari berbagai jalur. Sayang, saat itu belum ada sebuah peta perjalanan laut yang secara utuh dan detil memuat jalur perjalanan dari Eropa ke wilayah tersebut yang disebut Eropa sebagai Hindia Timur. Peta bangsa-bangsa Eropa baru mencapai daratan India, sedangkan daerah di sebelah timurnya masih gelap.

Dibandingkan Spanyol, Portugis lebih unggul dalam banyak hal. Pelaut-pelaut Portugis yang merupakan tokoh-tokoh pelarian Templar (dan mendirikan Knight of Christ), dengan ketat berupaya merahasiakan peta-peta terbaru mereka yang berisi jalur-jalur laut menuju Asia Tenggara. Peta-peta tersebut saat itu merupakan benda yang paling diburu oleh banyak raja dan saudagar Eropa. Namun ibarat pepatah, "Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga", maka demikian pula dengan peta rahasia yang dipegang pelaut-pelaut Portugis. Sejumlah orang Belanda yang telah bekerja lama pada pelaut-pelaut Portugis mengetahui hal ini. Salah satu dari mereka bernama Jan Huygen van Linschoten. Pada tahun 1595 dia menerbitkan buku berjudul Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien, Pedoman Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis, yang memuat berbagai peta dan deksripsi amat rinci mengenai jalur pelayaran yang dilakukan Portugis ke Hindia Timur, lengkap dengan segala permasalahannya.

Buku itu laku keras di Eropa, namun tentu saja hal ini tidak disukai Portugis. Bangsa ini menyimpan dendam pada orang-orang Belanda. Berkat van Linschoten inilah, Belanda akhirnya mengetahui banyak persoalan yang dihadapi Portugis di wilayah baru tersebut dan juga rahasia-rahasia kapal serta jalur pelayarannya. Para pengusaha dan penguasa Belanda membangun dan menyempurnakan armada kapal-kapal lautnya dengan segera, agar mereka juga bisa menjarah dunia selatan yang kaya raya, dan tidak kalah dengan kerajaan-kerajaan Eropa lainnya.

Pada tahun 1595 Belanda mengirim satu ekspedisi pertama menuju Nusantara yang disebutnya Hindia Timur. Ekspedisi ini terdiri dari empat buah kapal dengan 249 awak dipimpin Cornelis de Houtman, seorang Belanda yang telah lama bekerja pada Portugis di Lisbon. Lebih kurang satu tahun kemudian, Juni 1596, de Houtman mendarat di pelabuhan Banten yang merupakan pelabuhan utama perdagangan lada di Jawa, lalu menyusur pantai utaranya, singgah di Sedayu, Madura, dan lainnya. Kepemimpinan de Houtman sangat buruk. Dia berlaku sombong dan besikap semaunya pada orang-orang pribumi dan juga terhadap sesama pedagang Eropa. Sejumlah konflik menyebabkan dia harus kehilangan satu perahu dan banyak awaknya, sehingga ketika mendarat di Belanda pada tahun 1597, dia hanya menyisakan tiga kapal dan 89 awak. Walau demikian, tiga kapal tersebut penuh berisi rempah-rempah dan benda berharga lainnya.

Orang-orang Belanda berpikiran, jika seorang de Houtman yang tidak cakap memimpin saja bisa mendapat sebanyak itu, apalagi jika dipimpin oleh orang dan armada yang jauh lebih unggul. Kedatangan kembali tim de Houtman menimbulkan semangat yang menyala-nyala di banyak pedagang Belanda untuk mengikut jejaknya. Jejak Houtman diikuti oleh puluhan bahkan ratusan saudagar Belanda yang mengirimkan armada mereka ke Hindia Timur. Dalam tempo beberapa tahun saja, Belanda telah menjajah Hindia Timur dan hal itu berlangsung lama hingga baru merdeka pada tahun 1945.Semoga menambah wawasan kita semua.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Belanda Hanya Menjajah Indonesia Selama 50 Tahun

Ada  yang masih kagak percaya kalau BELANDA TIDAK menjajah INDONESIA Selama 3,5 Abad, melainkan memerlukan waktu selama 3 abad utk menguasai seluruh indonesia . Penjajahan Belanda “350 Tahun” adalah sebuah mitos yang perlu diluruskan dengan alasan sebagai berikut: Pertama, jika kita menggunakan logika hitungan matematika tahun yang berhubungan dengan penjajahan Belanda maka diperoleh angka sebagai berikut (8 – 3 – 1942) – (22 – 6 – 1596) = 16 – 9 – 345. Angka itu diperoleh berdasarkan pendapat bahwa kedatangan bangsa Belanda ke Nusantara (sekarang Indonesia) yaitu di Banten 22 Juni 1596 dipimpin Cornelis de Houtman dan berakhir pada 8 Maret 1942 dengan ditanda tanganinya Perjanjian Kalijati. Berdasarkan perhitungan inipun ternyata Belanda menjajah Indonesia selama 345 tahun 9 bulan 16 hari. Padahal dalam kurun waktu ini diselingi pemerintahan interregnum Inggris selama 5 tahun (1811-1816) maka 345 – 5 = 340. Jadi masa penjajahan Belanda kurang lebih 340 tahun. Fakta lain menunjukan bahwa Belanda baru 1 Mei 1598, dipimpin Jacob van Neck, van Heemskerck, dan van Waerwijck diperbolehkan berdagang di Pelabuhan Banten pada saat Cornelis de Houtman diusir tidak mendarat karena bersikap arogan. Jadi masa penjajahan Belanda dapat juga berumur 340 – 2 = 338 tahun. Kemudian pada rentang waktu tersebutpun timbul perlawanan – perlawanan dari kerajaan – kerajaan di nusantara yaitu diawali dengan Perang Padri (1821-1837) sampai dengan masa Perang Aceh (1873-1912). Hal ini menunjukan bahwa tiap – tiap daerah (kerajaan) berbeda waktu penyerahan kekuasanya kepada Belanda. Maka pantaslah kalau rakyat Aceh selama ini mengakui bahwa Belanda menjajah wilayah Aceh hanya 30 tahun.

Kedua, jika kita menggunakan metoda historiografi seputar kedatangan Bangsa Belanda, bahwa sejak dasawarsa terakhir abad 16, Belanda berhasil menemukan jalan dagang ke Asia yang dirahasiakan Portugis. Ekpedisi yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman ini membawa empat buah kapal dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten pada 22 Juni 1596. Inilah titik awal kedatangan Belanda di Nusantara walaupun Cornelis de Houtman lantas diusir oleh penguasa Banten dikarenakan sikapnya yang arogan. Baru 1 Mei 1598, di bawah pimpinan Jacob van Neck, van Heemskerck, dan van Waerwijck berhasil mengambil simpati penguasa Banten sehingga para pedagang Belanda ini diperbolehkan berdagang di Pelabuhan Banten. Dengan semakin ramainya perdagangan di perairan nusantara, persaingan dan konflik pun meningkat. Baik di antara sesama pedagang Belanda maupun dengan pedagang asing lainnya seperti Portugis dan Inggris. Untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat ini, pada 1602 di Amsterdam dibentuklah suatu wadah yang merupakan perserikatan dari berbagai perusahaan dagang yang tersebar di enam kota di Belanda. Wadah itu diberi nama Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) atau Serikat Perusahaan Hindia Timur. Pemerintah Kerajaan Belanda memberi “izin dagang” (octrooi) bahwa VOC boleh menjalankan perang dan diplomasi di Asia, bahkan merebut wilayah–wilayah yang dianggap strategis bagi perdagangannya. VOC juga boleh memiliki angkatan perang sendiri dan mata uang sendiri serta selalu bisa diperpanjang setiap 21 tahun. Sejak itu hanya armada – armada dagang VOC yang boleh monopoli perdagangan di Asia. Dengan kekuasaan yang besar itu, VOC akhirnya menjadi “negara dalam negara” dan dengan itu pula mulai dari masa Jan Pieterszoon Coen (1619-1623, 1627-1629) sampai masa Cornelis Speelman (1681-1684) menjadi Gubernur Jenderal VOC, kota-kota dagang di Nusantara yang menjadi pusat perdagangan rempah–rempah berhasil dikuasai VOC. Batavia menjadi pusat kedudukan VOC sejak 1619, Ambon dikuasai tahun 1630. Beberapa kota pelabuhan di Pulau Jawa baru diserahkan Mataram kepada VOC antara tahun 1677–1705. Sementara di daerah pedalaman, raja–raja dan para bupati masih tetap berkuasa penuh. Pada 1799 secara resmi VOC dibubarkan akibat korupsi yang parah mulai dari pegawai rendahan hingga Gubernur Jenderalnya. Pemerintah Belanda lalu menyita semua aset VOC untuk membayar utang-utangnya, termasuk wilayah-wilayah yang dikuasainya di Indonesia, seperti kota–kota pelabuhan penting dan pantai utara Pulau Jawa. Selama satu abad kemudian, Hindia Belanda berusaha melakukan konsolidasi kekuasaannya mulai dari Sabang-Merauke. Namun, tentu saja tidak mudah. Berbagai perang melawan kolonialisme muncul seperti Perang Padri (1821-1837), Perang Diponegoro (1825-1830), Perang Aceh (1873-1907), Perang di Jambi (1833-1907), Perang di Lampung (1834-1856), Perang di Lombok (1843-1894), Perang Puputan di Bali (1846-1908), Perang di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (1852-1908), Perlawanan di Sumatra Utara (1872-1904), Perang di Tanah Batak (1878-1907), dan Perang Aceh (1873-1912). Peperangan di seluruh nusantara itu baru berakhir dengan berakhirnya Perang Aceh. Jadi baru setelah tahun 1912, Belanda benar-benar menjajah seluruh wilayah yang kemudian menjadi wilayah Republik Indonesia (kecuali Timor Timur). Jangan lupa pula bahwa antara 1811-1816, Pemerintah Hindia Belanda sempat diselingi oleh pemerintahan interregnum (pengantara) Inggris di bawah Letnan Gubernur Thomas Stamford

Menjelang berakhirnya kekuasaan Belanda yakni pada 7 Maret 1942 sore hari, Lembang jatuh ke tangan tentara Jepang. Mayjen J. J. Pesman mengirim utusan ke Lembang untuk merundingkan masalah itu. Kolonel Syoji menjawab bahwa untuk perundingan itu harus dilakukan di Gedung Isola. Sementara itu, Jenderal Imamura yang telah dihubungi Kolonel Syoji segera memerintahkan kepada bawahannya agar mengadakan kontak dengan Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer untuk mengadakan perundingan di Subang pada 8 Maret 1942 pagi. Akan tetapi, Letnan Jenderal Ter Poorten meminta Gubernur Jenderal agar usul itu ditolak. Jenderal Imamura mengeluarkan peringatan bahwa “Bila pada 8 Maret 1942 pukul 10.00 pagi para pembesar Belanda belum juga berangkat ke Kalijati maka Bandung akan dibom sampai hancur. Sebagai bukti bahwa ancaman itu bukan sekadar gertakan, di atas Kota Bandung tampak pesawat–pesawat pembom Jepang dalam jumlah besar siap untuk melaksanakan tugasnya. Melihat kenyataan itu, Letnan Jenderal Ter Poorten dan Gubernur Jenderal Tjarda beserta para Akhirnya, Letnan Jenderal Ter Poorten dan Gubernur Jenderal Tjarda menyerahkan tanpa syarat kepada Jepang. Itulah akhir kisah penjajahan Belanda yang dilanjutkan dengan kekuasaan Jepang hingga akhirnya merdeka 17 Agustus 1945. Hanya tiga tahun lima bulan delapan hari Jepang berkuasa di Indonesia. Untuk itu, tidak benar kita dijajah Belanda selama 350 tahun tetapi yang lebih tepat adalah Belanda memerlukan waktu 300 tahun untuk menguasai seluruh Nusantara.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Agama buatan manusia


kongres agama kristen di nicea
Konsep ketuhanan Yesus yang dirumuskan dalam Konsili Nicea, tahun 325, sudah memunculkan problem serius dan kontroversial tentang “ketuhanan Yesus”. Bagaimana menjelaskan kepada akal yang sehat, bahwa Yesus adalah “Tuhan” dan sekaligus “manusia”. Apa yang disebut kaum Katolik sebagai “Syahadat Nicea”, secara eksplisit mengutuk pemikiran Arius, seorang imam Alexandria yang lahir tahun 280. Arius didukung sejumlah Uskup menyebarkan pemahaman bahwa Yesus bukanlah Tuhan adalah tunggal, esa, transenden, dan tak tercapai oleh manusia. Yesus adalah “Firman Allah” yang secara metafor boleh disebut “Anak Allah” bukanlah Tuhan,tetapi makhluk, ciptaan, dan tidak kekal abadi.
“Syahadat Nicea” menyatakan: “Kami percaya pada satu Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta segala yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Dan pada satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah, Putra Tunggal yang dikandung dari Allah, yang berasal dari hakikat Bapa, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah benar dari Allah Benar, dilahirkan tetapi tidak diciptakan, sehakikat dengan Bapa, melalui dia segala sesuatu menjadi ada” (Lihat, C. Groenen, Sejarah Dogma Kristologi, dan buku Konsili-konsili Gereja karya Norman P. Tanner, (Yogyakarta, Kanisius, 2003).

kredo nicea
Simaklah, bagaimana perdebatan tentang “Syahadat Kristen” yang menjadi perbincangan dan kontroversi hebat dalam sejarah Kristen. Konsili Efesus, tahun 431, melarang perubahan apa pun pada “Syahadat Nicea”, dengan ancaman kutukan Gereja (anathema). Namun, Konsili Kalsedon, tahun 451, mengubah “Syahadat Nicea”. Kutukan terhadap Arius dihapuskan. Naskah syahadat Konsili Kalsedon berasal dari konsili local di Konstantinopel tahun 381. Sebab, naskah edisi tahun 325 dianggap sudah tidak memadai untuk berhadapan dengan situasi baru. Kalangan teolog Kristen ada yang menyebut bahwa naskah tahun 381 adalah penyempurnaan naskah tahun 325, tanpa mengorbankan disiplin teologisnya. Naskah syahadat itu di kalangan sarjana disebut “Syahadat dari Nicea dan Konstantinopel” disingkat N-C. Naskah syahadat N-C ini hingga sekarang masih menjadi naskah syahadat penting dari kebanyakan Gereja Kristiani. Namun, pada Konsili Toledo III di Spanyol tahun 589, Gereja Barat melakukan tambahan frasa “dan Putra” (Filioque), pada penggal kalimat “dan akan Roh Kudus” yang berasal dari Bapa”.
Penambahan itu dimaksudkan untuk menekankan keilahian dan kesetaraan antara Putra dengan Bapa. Paus, yang mulanya menolak penambahan itu, akhirnya menerima dan mendukungnya. Namun, Gereja Timur menolak, karena melanggar Konsili Efesus. Penambahan ini kemudian menjadi penyebab utama terjadinya “skisma”, perpecahan antara dua Gereja (Barat dan Timur) pada abad ke-11.
Konsili Vatikan II juga membuat perubahan kecil pada Syahadat N-C, dengan mengganti kata pembuka “Aku percaya” menjadi “Kami percaya”. (Norman P. Tanner, Konsili-konsili Gereja).
Perdebatan seputar Yesus bahkan pernah menyentuh aspek yang lebih jauh lagi, yakni mempertanyakan, apakah sosok Yesus itu benar-benar ada atau sekedar tokoh fiktif dan simbolik? Pendapat seperti ini pernah dikemukakan oleh Arthur Drews (1865-1935) dan seorang pengikutnya William Benjamin Smith (1850-1934). (Lihat, Howard Clark Kee, Jesus in History, (New York: Harcourt, Brace&World Inc, 1970).
Bahkan, perdebatan seputar Yesus itu kadangkala sampai menyentuh aspek moralitas Yesus sendiri dalam aspek sexual. Marthin Luther sendiri dilaporkan menyebutkan , bahwa Yesus berzina seban yak tiga kali. Arnold Lunn, dalam bukunya, The Revolda Against Reason, (London: Eyre&Spottiswoode, 1950), hal. 233, mencatat: “Weimer quoted a passage from the Table-Talk, in which Luther states that Christ committed adultary three times, first with the woman at the well, secondly with Mary Magdalene, and thirdly with the woman taken adultary, “whom he let off so lightly. Thus even Christ who was so holy had to commit adultary before he died.”
Bahkan, The Times, edisi 28 Juli 1967, mengutip ucapan Canon Hugh Montefiore, dalam konferensi tokoh-tokoh Gereja di Oxford tahun 1967: “Women were his friends, but it is men he is said to have loved. The stricking fact was that he remained unmarried, and men who did not marry usually had one of three reasons: they could not afford it; there were no girls, or they were homosexual in nature..” (Dikutip dari: Muhammad Musthafa al-A’zhami, The History of The Quranic Text, from Revelation to Compilation: A Comparative Study with the Old and New Testament, (Leicester: UK Islamic Academy, 2003)
Perdebatan seputar Yesus memang tidak berkesudahan. padahal, di atas landasan inilah, teologi Kristen ditegakkan. Pada awal-awal kekristenan, mereka ingin menonjolkan aspek ketuhanan Yesus. Tetapi, teolog-teolog modern kemudian ingin menonjolkan aspek kemanusiaan Yesus, mendekati gagasan Arius yang dulu dikutuk Gereja. Menyimak perdebatan tentang Yesus yang tiada henti itu, maka teolog Kristen seperti Groenen membuat teori “pokoknya”, bahwa meskipun pemikiran kaum Kristen tentang Yesus Kristus berbeda-beda, tetapi Yesus tetap tidak berubah. Yesus tetaplah Yesus.
Argumentasi Groenen semacam ini tentu sulit dipahami oleh kalangan teolog yang sejak dahulu kala berusaha merumuskan pemahaman tentang Yesus, namun tidak pernah mencapai titik temu. Kepelikan itu bisa dipahami, mengingat Yesus sendiri tidak pernah menyatakan, bahwa dia adalah Tuhan. Paul Young, dalam bukunya, Christianity, mencatat, bahwa seluruh penulis Perjanjian Baru menekankan hakikat kemanusiaan Yesus. Ia lapar, haus, dan lelah, sebagaimana manusia lainnya. Ia juga punya emosi, bisa sedih dan senang. Tetapi, beratus tahun kemudian, Yesus dirumuskan dan disembah sebagai Tuhan. “This Jesus, a real human being, is the focus of Christian worship. Such worship contrasts sharply with all other great world religion,” tulis Young. Tentang kepelikan seputar “misteri Yesus”, Mark Twain membuat sindiran: “It’s not the parts of the Bible which I can’t understand that bother me, it’s the parts that I can understand.” Bukan bagian Bible yang tidak dipahaminya yang meresahkannya, tetapi justru bagian yang ia pahami.
Kontroversi dalam soal teologi seperti dalam sejarah Kristen semacam itu tidak dijumpai dalam Islam. Mengingat begitu hebatnya kontroversi teologis Kristen dan trauma Barat terhadap hegemoni Gereja ketika mereka memegang doktrin eksklusivisme teologis (extra ecclesiam nulla salus), bisa dipahami jika mereka lebih menyukai pengembangan paham pluralisme agama.

Kondisi Islam sama sekali berbeda. Dasar-dasar teologi Islam sudah dirumuskan dan sudah sangat jelas, sejak awal Islam lahir, serta tidak pernah diputuskan melalui satu “kongres”, musyawarah, atau “konsili”. Karena itu, sejak awal kelahirannya, Islam memang sudah sempurna. Konsep teologi dan ibadah dalam Islam sudah selesai dirumuskan. Bahkan, sebagai agama, nama “Islam” pun sudah diberikan oleh Allah. (QS al-Maidah:3).

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Al Maidah 3)



Sebaliknya, agama buatan manusia dalam hal ini konsep kristen bahkan tentang tuhannya sekalipun dirumuskan melalui Kongres, dan hingga kini masih saja memunculkan kontroversi, sehingga banyak memunculkan apatisme di kalangan masyarakat Barat. (sumber: hidayatullah.com)

Kristen adalah agama yang penuh kasih
Karena perbedaan paham dan tidak ingin paham yang ada berkurang para peminatnya,mereka saling membantai demi sebuah ego yang berkedok bidat/sesat tanpa pernah berpikir,bahwa apa yang mereka lakukan adalah nyawa taruhannya. mari kita simak,pembantaian antara kristen tersebut:

1. Penindasan terhadap Arius, tokoh aliran Unitarian.
Pada tahun 325 Masehi, Kaisar Romawi, Konstantin mengadakan kongres yang dikenal dengan Konsili Nicea yang dihadiri oleh 2.048 utusan dari berbagai negeri untuk menetapkan konsep ketuhanan dan Injil yang dianggap sah, karena terjadi pertentangan antara aliran Unitarian dengan Trinitarian. Aliran Unitarian berpandangan bahwa Tuhan itu satu -sama seperti ajaran seluruh nabi-nabi Yahudi seperti nabi Musa, Ibrahim, Daud dll- melawan aliran Trinitarian yang berpandangan bahwa Tuhan itu satu tapi terdiri dari tiga oknum Tuhan (three in one).

Dogma Trinitarian ini diciptakan oleh Paulus dan jelas bertentangan dengan ajaran seluruh nabi-nabi Yahudi selama ribuan tahun. Salah satu tokoh Trinitarian yang paling terkenal adalah Athanasius. Sedangkan tokoh aliran Unitarian adalah Arius, seorang ketua majelis agama/gereja digereja Baucalis Alexandria, salah satu gereja tertua dan terpenting dikota itu pada tahun 318 M. Logika Arius adalah: “Jika Yesus itu benar-benar anak Tuhan, maka Bapa harus ada lebih dahulu. Oleh karena itu harus ada “masa” sebelum adanya anak. Berarti anak adalah makhluk. Maka dari itu anak tidak selamanya ada atau tidak abadi.

Sedangkan Tuhan yang sebenarnya adalah abadi, berarti Yesus tidaklah sama dengan Tuhan.” Beliau juga mengatakan: “Ada masa sebelum adanya Yesus, sedangkan Tuhan sudah ada sebelumnya. Yesus ada kemudian, dan Yesus hanyalah makhluk biasa yang bisa binasa seperti makhluk-makhluk lainnya. Tetapi Tuhan tidak akan binasa.” Namun karena konsili berpihak kepada kelompok Trinitarian, maka para tokoh Unitarian pun dibungkam pendapatnya dan kemudian disisihkan. Seperti Arius ini walaupun pendapatnya benar namun karena dianggap sesat oleh Gereja, maka beliau akhirnya dikucilkan oleh Gereja sampai akhir hayatnya.

Dan karena pihak Trinitarian telah menjadi pemenang dalam Konsili tersebut, maka Injil-injil yang menurut kalangan Trinitarian mendukung ketuhanan Yesus pun kemudian dikumpulkan -termasuk surat-surat Paulus yang dikirimkan kepada teman-temannya- oleh mereka, tidak lupa secara licik diselundupkan beberapa ayat baru (PALSU) seperti misalnya tiga kasus penyusupan ini:  Setelah itu kemudian ayat-ayat “gado-gado” itu digabungkan dan kemudian dijilid menjadi satu dalam buku/kitab yang kemudian kita kenal dengan nama Perjanjian Baru (The New Testament), dan Kitab tersebut kemudian dijadikan sebagai Kitab Suci umat Kristen (baca: Trinitarian). Sedangkan puluhan-puluhan Injil lainnya tidak diakui, seperti Injil Barnabas dll. Arius sangat menentang keras keputusan Nicea pada tahun 325 M.

Sebelum matinya, Arius sempat mengeluhkan mengenai keadaan dirinya yang senantiasa mendapatkan tantangan dari orang-orang gereja Paulus. Hal itu dikatakannya kepada salah seorang sahabatnya bernama Eusibius dari Nicomedia yang merupakan salah seorang sahabatnya ketika sama-sama belajar dengan Lucian. Setelah itu semakin lama aksi kekerasan terhadap siapapun yang tidak sefaham dengan dogma Trinitarian semakin kasar dan kejam.



2. Tahun 395. Kaisar Theodosius membentuk institusi gereja Kristen yang dikenal dengan Inkuisisi (Inquisition).
Inkuisisi adalah institusi hukum kepausan yang dibentuk untuk memberantas kaum heretic, kekuatan magic dan kekuatan yang dianggap berbahaya. Inkuisisi memiliki kekuasaan yang tak terbatas. Siapapun yang dianggap berbahaya ditangkap dan dijatuhi hukuman dari yang ringan sampai yang berat seperti digantung, dibakar hidup-hidup, dibunuh pelan-pelan, giginya dicabut satu persatu, kulitnya dikelupas, dst.

3. Tahun 431, Konsili Ekumenikal Efesus. Konsili ini mengutuk Nestorianisme, ajaran kristen yang menyangkal persatuan sifat keAllahan dan kemanusiaan dalam Kristus.
Konsili ini mendefinisikan gelar Maria sebagai Theotokos (Pembawa Allah), juga gelar Bunda Putera Allah yang menjadi Manusia, dan mengutuk Pelagianisme. Ajaran Kristen Pelagianisme, bermula dari asumsi bahwa Adam memiliki hak alami terhadap hidup supernatural, berpegang bahwa manusia bisa mendapatkan penyelamatan lewat usaha-usaha dari kekuatannya yang alami dan kehendak bebas. Ajaran ini meliputi menentang terhadap pemahaman dosa asal, makna dari rahmat dan hal-hal lainnya. Variasi ajaran Kristen Pelagianisme lainnya juga dikutuk oleh sebuah konsili di Orange pada tahun 529. Dalam konsili ini pula diputuskan untuk memburu semua pengikut Kristen Pelagianisme untuk dimusnahkan.

4. Tahun 1142. Gereja membakar hidup-hidup Abelard, seorang filosof dan tokoh Kristen di Prancis.

5. Tahun 1215. Kekuasaan absolut Paus di dalam Katolik Eropa pada abad ke 12 dan ke 13 menimbulkan reaksi yang tak terduga.
  Pada saat itu, muncul beberapa gerakan menyimpang pembawa doktrin baru yang dikecam oleh Paus. Keresahan Paus dan kelompok Katolik menjadi sedemikian besar terhadap gerakan penyimpangan ini, sehingga pada tahun 1215 masehi, Paus membentuk Lembaga Inkuisisi untuk memerangi dan memberantas penyimpangan tersebut. Lembaga ini mempunyai cabang di setiap kota di Prancis, Italia, Jerman, Polandia, Spanyol dan negeri-negeri Kristen yang lain. Orang yang dituduh melakukan penyimpangan akan berhadapan dengan para penyelidik. Jika didapati bersalah, ia akan menerima hukuman yang berat. Lembaga ini memiliki kekuasaan yang besar, sampai-sampai menekan segala bentuk kebebasan berfikir.

Siapapun yang dicurigai memiliki ide dan pandangan yang bertentangan dengan pandangan gereja akan disiksa dengan keras. Malah lembaga ini adakalanya mengeluarkan hukum vonis sesat pada mereka yang sudah mati, dan memerintahkan supaya kerandanya dikeluarkan dari kuburan. Proses ini dijelaskan oleh Will Durant dalam bukunya History of Civilisation vol 18 halaman 35 sebagai berikut: “Mahkamah Inspeksi Ide, Hukum, dan Agama memiliki tatacara legalnya sendiri. Sebelum mahkamah lokal didirikan, akta-iman akan dibacakan di seluruh mimbar gereja. Akta ini menuntut informasi tentang orang-orang yang dicurigai berpaham atheis, tidak beragama, atau sesat.

Orang-orang tersebut akan diseret ke muka pengadilan. Tetangga, rekan, dan sahabat diminta untuk menjadi informan. Informan diberi jaminan untuk dirahasiakan dan dilindungi. Siapa saja yang dianggap sebagai atheis, atau gagal untuk membuktikan bahwa dirinya bukan atheis, akan dipenjarakan dan diancam dengan penyingkiran, kecaman, dan berbagai larangan. Adakalanya yang sudah mati divonis sebagai atheis dan memperolok-olok Tuhan.

Upacara khusus dijalankan untuk menunjukkan hukuman yang dikenakan kepada mereka. Harta mereka dirampas. Ahli waris yang seharusnya mewarisi harta mereka disingkirkan dari hak waris. 30 hingga 50 persen harta orang mati yang divonis tadi, diberikan kepada yang mendakwa. Bentuk hukuman juga berlainan mengikuti tempat dan waktu yang berbeda-beda. Di satu tempat, si terdakwa digantung dengan tangan diikat pada bagian belakangnya. Di tempat lain terdakwa diikat sedemikian rupa sehingga tidak bisa bergerak, dan air dikucurkan ke dalam tenggorakannya sampai mati lemas. Ada pula yang diikat dengan tali sedemikian keras pada bagian lengan dan kaki sehingga ikatan itu melukai tulangnya.”


6. Tahun 1415 di Spanyol 31.000 orang yang menentang gereja dibakar.


7. Tahun 1416. Gereja juga membakar John Hus dan Jerome sampai mati di Bohemia.

8. Pada awal abad ke 16, lembaga ketiga dibentuk di Eropa, yang dimulai oleh Marthin Luther dengan nama Protestan.
Luther yang berasal dari Jerman dan pengikutnya menentang sikap Paus yang menjual tempat di surga dengan meringankan hukuman atas dosa yang dilakukan. Marthin Luther, seorang reformis dalam agama kristen, terlahir ke dunia di Eisleben, Jerman pada tanggal 13 Mei tahun 1483. Luther menuntut ilmu di Universitas Erfurt dan kemudian bekerja sebagai pengajar teologi. Martin Luther kemudian melakukan penelitian dan dia mengemukakan banyak pendapat yang berbeda dengan pandangan umum gereja Katolik saat itu. Sejak tahun 1517, Martin Luther menyampaikan kritikannya secara terang-terangan sehingga akhirnya terpaksa bersembunyi karena dikejar-kejar pihak gereja untuk dibunuh. Selama dalam persembunyian itu, Martin Luther menulis terjemahan Injil ke dalam bahasa Jerman, sesuatu yang dilarang keras oleh gereja Katolik. Ide-Ide Martin Luther kemudian berkembang menjadi aliran Protestan yang menjadi sumber dari berbagai perang dan pertarungan politik di Eropa.

Mereka berusaha untuk memperbaiki seluruh gereja dan membersihkannya dari kekeliruan dan korupsi. Usaha mereka malah menambah perpecahan dalam tubuh agama Kristen. Pengikut Luther yang berjumlah sangat besar, termasuk sebagian besar Eropa Utara menolak kekuasaan Paus dan mendirikan kelompok Kristen Ketiga. Kelompok Kristen bentukan Marthin Luther ini adalah aliran yang sekarang kita kenal dengan nama Kristen Protestan. Alkitab yang mereka gunakan adalah hasil “njiplak” begitu saja tanpa malu-malu Alkitab milik Gereja Katolik, namun Marthin Luther membuang dengan seenak udelnya tujuh kitab dalam Perjanjian Lama, sehingga Alkitab Protestan hanya berjumlah 66 kitab, sedangkan Katolik 73 kitab. Jadi Alkitab Protestan lebih tipis tujuh kitab dari Katolik. Kitab-kitab yang telah dibuang oleh Marthin Luther sehingga kini tidak terdapat dalam Alkitabnya Protestan adalah Kitab Tobit, Yudit, Kebijaksanaan Salomo, Yesus bin Sirakh, Barukh, 1 Makabe dan 2 Makabe.



9. Tahun 1553. Kala Protestan berkuasa di Jenewa, Swiss, hal bakar-membakar manusia yang padahal tak lain adalah citra-Nya sendiri itu masih juga berlangsung.
Seperti di sebuah hari di musim gugur pada tahun 1553. Korbannya adalah Michael Servetus, seorang ahli agama asal Spanyol. Ia dihukum mati di bukit Champel, di selatan Kota Jenewa. Ia diikat ke sebuah tiang, dan dibakar pelan-pelan. Ia tewas kesakitan dengan tubuh menghangus. Ia dibakar hidup-hidup karena dianggap sesat oleh pemerintah Kota Jenewa. Yang memilukan, saat itu Kota Jenewa dipimpin oleh seorang yang sangat terkenal sebagai tokoh reformasi, yang tak lain adalah John Calvin. Apa salahnya Michael Servetus sehingga harus dibunuh secara bengis begitu? Tak lain dan tak bukan adalah ia hanya menulis buku, ia menulis surat, ia berpendapat.

Tetapi ia punya kesimpulannya sendiri tentang Tuhan, dan sebab itu mengusik para penjaga iman Protestan di Jenewa, kota yang telah jadi sebuah teokrasi yang lebih keras ketimbang Roma. Adalah Jean Calvin sendiri yang menyeret Servetus ke dalam api. Pelopor dahsyat dari Protestanisme itulah yang memimpin Jenewa ke suatu masa ketika iman sama artinya dengan ketidaksabaran.

Servetus sebenarnya hanya salah satu suara yang mengguncang, di zaman ketika doktrin retak-retak seperti katedral tua yang digoncang gempa. Ia lahir di Villanueva, Spanyol, mungkin di tahun 1511. Ia bermula belajar ilmu hukum di Toulouse, Prancis. Di sini ia menemukan injil, yang ia baca “seribu kali” dengan haru. Tapi kabarnya ia juga membaca Qur’an dan terpengaruh oleh Yudaisme, dan sebab itu sangat meragukan doktrin Trinitas. Marthin Luther menjulukinya “Si Arab”. Di tahun 1531 ia menerbitkan bukunya, De Trinitatis erroribus libri vii (Kesalahan Trinitas).

Konon ia mengemukakan bahwa inilah arti Yesus sebagai “Putra Allah”, yaitu “Tuhan Bapa mengembuskan Logos ke dalam dirinya, tapi Sang Putra tak setara dengan Sang Bapa”. Seperti dikutip oleh Will Drant dalam jilid ke-6 The Story of Civilization, bagi Servetus, Yesus “dikirim oleh Sang Bapa dengan cara yang tak berbeda seperti salah seorang Nabi”. E.M. Wilbur dalam bukunya “History of Unitarianism” mengemukakan pendapat Michael Servetus itu dalam karangannya berjudul “The Error of Trinity” yang terlarang itu antara lain sebagai berikut: “Servetus confesses that in his book he called believers in Trinity trinitarians and atheists. He declared our evangelical religion to be without faith and without God, and that in place of God we have a threeheaded Cerberus” (Servetus mengakui bahwa di dalam bukunya ia menyebut para penganut Trinitas adalah Trinitarians dan Atheist. Ia menyatakan bahwa agama kita yang berdasar Injil itu adalah tanpa iman dan tanpa Tuhan, kita menempatkan di tempat Tuhan itu Cerberus Dewa Pengawal yang berkepala Tiga).

Servetus menulis bukunya itu ketika ia berusia 20-an tahun, dengan bahasa Latin yang masih kaku, buku itu cukup membuat amarah para imam Katolik dan pemimpin Protestan sekaligus, di tengah suhu panas (dan berdarah) yang menguasai mereka. Di tahun 1532, Servetus pun buru-buru pindah ke Prancis. Tapi di sana ia dihadang. Badan Inkuisisi Gereja Katolik -yang bertugas mengusut lurus atau tidaknya iman seseorang, dengan cara menginterogasinya dan kalau perlu menyiksanya- mengeluarkan surat perintah penangkapan. Servetus lari lagi sampai Wina, Austria dengan nama samaran Michel de Villeneuve. Selama itu ia berhasil menguasai ilmu kedokteran, tetapi ia toh selalu ingin mengemukakan pendapatnya tentang agama. Di tahun 1546 ia menyelesaikan Christianismi Restitutio, dan mengirim naskahnya ke Calvin. Mungkin ia ingin menunjukkan oposisinya terhadap tafsir Calvin atas injil. Bagi Servetus, Tuhan tak menakdirkan sukma manusia ke neraka.

Baginya, Tuhan tak menghukum orang yang tak menghukum dirinya sendiri. Iman itu baik, tetapi Cinta Kasih lebih baik. Calvin, yang memandang Tuhan seperti yang tergambar dalam Perjanjian Lama -angker dan penghukum- tak melayani Servetus. Ia hanya mengirimkan karyanya, Christianae religionis institutio. Servetus pun mengembalikannya -dengan disertai catatan yang penuh hinaan, disusul dengan serangkaian surat yang mencemooh- “Bagimu manusia adalah kopor yang tak bergerak, dan Tuhan hanya sebuah gagasan ganjil dari kemauan yang diperbudak”. Calvin tak bisa memaafkan cercaan ini. Calvin pula, lewat orang lain, yang memberitahu padri inkuisitor di Prancis tentang tempat bersembunyi Servetus. Kerja sama Protestan-Katolik yang tak lazim ini yang akhirnya membuat Servetus tertangkap di Wina. Ia memang berhasil melarikan diri. Tapi nasibnya sudah diputuskan: pengadilan sipil Wina, dengan napas Gereja Katolik, memvonisnya dengan hukuman bakar bila tertangkap. Anehnya ia lari ke Jenewa, tempat Calvin berkuasa.

Mungkin Servetus berpikir bahwa orang protestan, yang di Prancis dianiaya karena berbeda keyakinan, akan lebih toleran di kota itu. Tapi ternyata tidak. Mereka membakarnya. Calvin kemudian membela kekejaman di bukit Champel itu dengan sebuah argumen yang kita kenal: Aku beriman kepada Kitab Suci, maka akulah yang tahu kebenaran itu. Yang tak sama dengan aku adalah musuh ajaran, musuh Tuhan, harus ditiadakan. Argumen dengan api itu masih bisa kita dengar kini, dalam pelbagai versinya, dalam pelbagai agama, meskipun di tahun 1903, seperti sebuah sesal, sebuah monumen untuk Servetus dibangun di bukit Champel. Salah satu donaturnya: gereja Protestan yang dulu dipimpin Calvin. Tampaknya manusia sudah lebih sadar tentang kerumitannya sendiri, sedikit.


10. Tahun 1556. Pada 7 Juli 1556, 8 pastor dan 12 guru Jesuit memasuki Ingoistadt, Jerman.
Dimulailah era baru bagi Bavaria. Konsepsi Katolik Roma mengatur arah politik para pangeran dan tingkah laku para bangsawan Bavaria. Tetapi konsepsi itu hanya menjangkau kalangan atas saja, tidak rakyat biasa. Walaupun demikian disiplin besi yang diterapkan oleh negara dan gereja membuat masyarakat Bavaria menjadi umat Katolik yang setia, patuh, fanatik dan tidak toleran terhadap para “heresy” (pembangkang agama). Mayrhofer of Ingoistadt, seorang Jesuit, mengajarkan bahwa orang-orang Jesuit (anggota Ordo Jesuit) tidak akan dihakimi jika kami memerintahkan untuk membunuh kaum Protestan, lain halnya kalau kami diminta menjatuhkan hukuman mati untuk para pencuri, pembunuh, penghianat dan para pelaku revolusi. Pada tahun 1563, sesaat setelah para pastor Jesuit tiba di Bavaria (Jerman), kelakuan Albert V terhadap kaum Protestan dan semua yang simpatik terhadap Protestan semakin kejam dan menjadi-jadi. Sejak tahun 1563, tanpa belas kasihan dia memusnahkan semua orang-orang yang tidak patuh dan juga para penganut Anabaptis, mereka ditenggelamkan, dibakar, dipenjarakan dan dirantai. Semua tindakan Albert V itu disetujui oleh Jesuit Agricola. Pada tahun 1571, Archduke (bangsawan agung) Charles of Styrie, putra terakhir Ferdinand menikah dengan seorang putri bangsawan Bavaria tahun 1571. Dibawah pengaruh putri ini, Charles bekerja keras memusnahkan para heresi, orang-orang yang tidak sejalan dengan Katolik dari kerajaannya.


11. Tahun 1561. Berdasarkan sebuah laporan dari Jesuit, Emmanuel Phillibert of Savoy melakukan penghakiman berdarah terhadap para Heresi (orang-orang yang tidak sejalan dengan faham Katolik Roma) tahun 1561.
Hal yang sama terjadi di Calabria, Casal di San Sisto dan Guardia Fiscale. Jesuit sangat berkuasa di Parma dan Napoli, Italia selama abad ke-16 dan ke-17. Tetapi di Venice, dimana mereka sebelumnya diterima dengan segala kemurahan hati, kemudian dipaksa keluar dari kota tersebut pada 14 Mei 1606. Mereka kembali lagi tahun 1656, tetapi pengaruh mereka di Republik Venice tersebut tidak ada lagi.


12. Akhir tahun 1586, para penganut Anabaptis dari Movaria berhasil menyembunyikan 600 korban yang selamat dari penyiksaan Duke Guillaume.
Ini satu contoh yang membuktikan bahwa beribu-ribu dan bukan beratus-ratus yang dimusnahkan oleh Ordo Jesuit. Benar-benar kekejaman yang mengerikan yang menimpa negara berpopulasi rendah ini. Secara perlahan, semua pengajaran di Bavaria diserahkan kepada Jesuit dan bumi Bavaria menjadi pusat penetrasi Jesuit ke Jerman bagian barat, timur dan selatan.


13. Tahun 1579. Penindasan Gereja terhadap Francis David. Francis David (1510-1579) semula menganut Protestan yang sangat brilyan dan ketika Luther dan Calvin pecah, David mengikuti Calvin.
Pada tahun 1566 ia menghasilkan pengakuan keimanan (Confession of Faith) yang mencengangkan. Di antara isinya: “Bentuk Kebaktian yang bagaimanapun sederhananya tidak boleh ditujukan kepada Kristus tetapi kepada Allah Tuhan Bapa”. (The Forms of simple prayers are directed not to Christ, but to the Father). “Kristus, Guru Kebenaran mengajarkan, bahwa tiada siapapun tempat mohon pertolongan terkecuali hanya Allah Tuhan di surga”. (Christ, the Teacher of Truth taught no one is to be invoked beside the Heavenly Father). Francis David tidak melakukan kesalahan apa-apa, apa yang dilakukannya hanyalah mengatakan apa yang tertulis dalam Alkitab apa adanya. Dia hanya mencoba untuk berlaku jujur. Tetapi Francis David karena pernyataannya itu dihukum seumur hidup dan mati dipenjara pada tahun 1579. Setelah David mati ditemukan sajak yang ditinggalkannya di penjara yang kemudian tersebar berbunyi: “Dua puluh tahun dengan jujur Aku melayani negaraku Dan terhadap pangeran Kesetiaanku dapat dibuktikan Apakah anda pertanyakan kejahatan Yang dituduhkan tanah air padaku? Cuma disebabkan keyakinanku Allah itu Esa bukan tiga Yang aku sembah Walaupun petir, salib dan pedang Paus Serta maut tampil di depan mata Bahkan kekuasaan apapun Tidak akan mampu mencegah Perkembangan kebenaran Apa yang aku rasakan Dan aku tuliskan Dengan ikhlas hati Aku Bicara Sesudah kematianku Dogma kepalsuan akan ambruk”


14. Tahun 1600. Seorang pakar astronomi yang sepemahaman dengan Copernicus, yakni Bruno Giordano, mengalami nasib yang lebih tragis.
Ia dijatuhi fatwa mati oleh pihak gereja karena dianggap ajarannya melawan kebenaran isi Alkitab. Karena Giordano masih kepingin hidup lebih lama, mengetahui nyawanya terancam oleh fatwa mati ia segera kabur menyelamatkan diri. Perjuangannya ternyata menuai kegagalan. Tahun 1600 ia berhasil ditangkap oleh pihak berwajib di Compo de Fiori, Italia dan dijatuhi hukuman mati, yakni dengan cara dibakar hidup-hidup! 16. Tahun 1613. Kasus yang menimpa Galileo Galilei. Penganut kristiani saleh yang lahir 15 Februari 1564 ini, pada tahun 1613 menerbitkan sebuah karya berjudul “Sejarah dan Konsep-konsep tentang Noda Matahari Beserta Fenomenanya”, yakni sebuah ulasan yang menunjukkan dukungan pada teori Copernicus.

15.Pada tanggal 22 Juni tahun 1633, Galileo Galilei, astronom, matematikawan, dan fisikawan Italia abad ke-17, diajukan ke pengadilan gereja karena pemikirannya dianggap bertentangan dengan kebijakan gereja.
Pada zaman itu, gereja meyakini bahwa bumi adalah pusat alam semesta dan planet-planet lain berputar mengelilingi bumi. Pada tahun 1632, Galileo menulis sebuah buku yang menolak pandangan ilmuwan bernama Bartholomeus berkenaan dengan sistem tata surya. Dalam buku itu, Galileo mengemukakan hasil penelitiannya, bahwa mataharilah pusat tata surya dan bumi serta planet-planet lainnya berputar mngelilingi matahari. Tahun 1633, gereja menuduh teori “Matahari Centris” sebagai ajaran sesat dan melarang Galileo yang penemu thermometer ini untuk memberi ceramah. Tahun 1633, “Bapak Sains Masa Kini” ini dibawa ke Roma, dihadapkan ke Pengadilan Gereja dan dijatuhi hukuman seumur hidup. Gereja kemudian menjatuhkan vonis kafir kepada Galileo dan mengancamnya dengan hukuman mati.
Demi menghindari hukuman mati, Galileo menyatakan menarik pandangannya itu, namun ketika keluar dari pengadilan, dia mengatakan, “Meskipun demikian, bumi tetaplah berputar.” Galileo meninggal tahun 1642 dan statusnya sebagai tahanan rumah dibawanya sampai mati. Ironis, akhirnya kemudian terbukti pendapat Galileo Galilei bahwa bumi yang mengelilingi matahari adalah benar, sedangkan pendapat Alkitab bahwa mataharilah yang mengelilingi bumi adalah salah.


16. Gereja memenjarakan Christopher Columbus yang menemukan benua tanpa memberitahu Saint Paul. Gereja memvonis setiap penemuan hukum alam, evolusi dunia, ataupun benua yang sebelumnya tidak diramalkan oleh kitab suci, sebagai sebuah pelanggaran moral.


17. Gereja menyingkirkan Pascal dan Montey karena dianggap tidak bermoral, dan Muller dengan tuduhan pencabulan.


18. Tahun 1619. Wabah fatwa mati ternyata tak hanya menimpa Giordano, tapi juga Lucilio Vanini. Ilmuwan yang sealiran dengan Copernicus ini ditangkap di Kota Toulouse pada tahun 1619 karena dianggap menghina Tuhan. Ia menerima hukuman dari gereja yang begitu kejam, yakni dipotong lidahnya dan dibakar hidup-hidup!


19. Tahun 1741. Thomas Emlyn (1663-1741) lahir di Dublin Irlandia dan lulusan Cambridge University telah mengarang buku berjudul: “An Humble Inquiry Into The Scripture Account Of Jesus Christ”.
Dalam buku itu Emlyn telah menafsirkan Bible mengenai Yesus Kristus dengan menempatkannya dalam kedudukan sebagai Mediator (perantara) di antara manusia dengan Tuhan. Lalu secara halus Emlyn memisahkan Yesus itu dari Kedudukan Tuhan, dan akhirnya menghapuskan ide tentang Trinitas. Karena pendapatnya itu Emlyn dipenjarakan. Beliau dituduh: “menulis dan menerbitkan suatu Bible bersifat hina dengan skandal dan mengumumkan bahwa Yesus Kristus bukan Tuhan Maha Agung”. (He is writing and publishing an infamous and scandalous bible declaring that Jesus Christ is not the Supreme God). Tetapi banyak pengagum Emlyn kemudian menyebutnya sebagai: “The Galaxy of Saints” (Bimasaktinya para Santo) demikian kata A.Wallace dalam bukunya yang berjudul: “Anti Trinitarian Biographies”.

(Sumber : http://www.facebook.com/notes/membongkar-kepalsuan-bibel/-sesama-kristen-saling-membantai-/224216020937975 )

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Misteri Natalan

YESUS TIDAK LAHIR PADA 25 DESEMBER 
Berikut adalah kesimpang siuran tentang kelahiran yesus bahkan oleh mereka para kristologi senior sekalipun...
1. Yesus lahir tanggal 14 Maret SM?
Ralph O. Muncaster, pendeta gereja Saddleback dalam bukunya ‘What Really Happe­ned Charistmas Morning’ menolak pendapat bahwa Yesus lahir pada tahun 1 Masehi dengan merujuk kepada pendapat para ahli lainnya. Menurut Josephus (sejarawan Yahudi), Yesus lahir pada tanggal 14 Maret tahun 4 Sebelum Masehi. Berdasarkan observasi astro­no­­­mis Johannes Kepler, Yesus lahir tahun 7 Sebelum Masehi. Sedangkan Tertulian, Irenaeus, Eusebius (bapak gereja) berpendapat bahwa Yesus lahir pada tahun 2 Sebelum Masehi.

2. Yesus Lahir Bulan April atau November?
Dr. J.L. Ch. Abineno menjelaskan bahwa Yesus mustahil lahir 25 Desember. Menurutnya, Yesus lahir pada bulan Maret, April atau November.
“Gereja-gereja merayakan Natal pada tanggal 25 Desember. Kebiasaan ini baru dimulai dalam abad ke-4. Sebelum itu Gereja tidak mengenal perayaan Natal. Terutama karena gereja tidak tahu dengan pasti kapan –pada hari dan tahun keberapa– Yesus dilahirkan. Kitab-kitab Injil tidak memuat data-data tentang hal itu. Dalam Lukas pasal 2 dikatakan bahwa pada waktu Yesus dilahirkan, gembala-gembala sedang berada di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam (ayat 8). Itu berarti, bahwa Yesus dilahirkan antara bulan Maret atau April dan bulan November” (Buku Katekisasi Perjanjian Baru, hal. 14).

3. Yesus Lahir Bulan September?
Pendeta Benyamin Obadyah, alumnus Jerusalem Center, Yerusalem, mengutip pendapat R.A. Honorof dalam bukunya The Return of the Messiah (1997), menyatakan bahwa Yesus lahir pada bulan September. Benyamin menulis: “Meskipun menurut Alkitab Yesus dikandung Maria dari karunia Allah (Lukas 1:35), tapi ia dikandung secara normal selama 40 minggu atau 9,5 bulan. Ini berarti, Yesus dilahirkan pada akhir bulan September atau awal Oktober dan saat itulah orang Yahudi merayakan Hari Raya Tabernakel... Hari raya ini jatuh setiap tanggal 15 bulan Tishri menurut kalendar Yahudi. Menurut kalendar internasional (Gregorian), tahun 1999 tanggal 15 Tishri bertepatan dengan tanggal 25 September. Jadi, umat Kristen yang memperingati Natal 25 Desember terlambat selama tiga bulan.”

4. Yesus Lahir Bulan Januari?
Ephiphanius dan Gereja Orthodox Timur memperingati Natal tanggal 6 Januari, lalu Gereja Katolik Ortodoks memperingati Natal tanggal 7 Januari, sedangkan Gereja Armenian memperingati Natal tanggal19 Januari.
Dari berbagai versi tanggal Natalan tersebut, tak satupun yang bisa dipercaya. Tabloid Victorius edisi Natal pernah mengungkapkan keheranannya tentang Natal yang misterius: “Entah kapan dan siapa tokoh pencetus hari Natal, hingga sekarang masih dicermati. Dan apa benar tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Yesus Kristus? Hal ini masih misterius”.


Sungguh amat mustahil jika Yesus dilahirkan pada musim dingin! (Di wilayah Yudea, setiap bulan Desember adalah musim salju dan hawanya sangat dingin) Sebab Injil Lukas 2:11 menceritakan suasana di saat kelahiran Yesus sebagai berikut:

"Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, di kota Daud."

Tidak mungkin para penggembala ternak itu berada di padang Yudea pada bulan Desember. Biasanya mereka melepas ternak ke padang dan lereng-lereng gunung. Paling lambat tanggal 15 Oktober, ternak tersebut sudah dimasukkan ke kandangnya untuk menghindari hujan dan hawa dingin yang menggigil. Bibel sendiri dalam Perjanjian Lama, kita Kidung Agung 2: dan Ezra 10:9, 13 menjelaskan bahwa bila musim dingin tiba, tidak mungkin pada gembala dan ternaknya berada di padang terbuka di malam hari.

Adam Clarke mengatakan:

"It was an ancient custom among Jews of those days to send out their sheep to the field and desert about the Passover (early spring), and bring them home at commencement of the first rain." (Adam Clarke Commentary, Vol.5, page 370, New York ).

"Adalah kebiasaan lama bagi orang-orang Yahudi untuk menggiring domba-domba mereka ke padang menjelang Paskah (yang jatuh awal musim semi), dan membawanya pulang pada permulaan hujan pertama)."

Adam Clarke melanjutkan:

"During the time they were out, the sepherds watch them night and day. As?the first rain began early in the month of Marchesvan, which answers to part of our October and November (begins sometime in october), we find that the sheep were kept out in the open country during the whole summer. And, as these sepherds had not yet brought home their flocks, it is a presumptive argument that october had not yet commenced, and that, consequently, our Lord was not born on the 25th of December, when no flock were out in the fields; nor could He have been born later than September, as the flocks were still in the fields by night. On this very ground, the Nativity in December should be given up. The feeding of the flocks by night in the fields is a chronological fact?See the quotation from the Talmudists in Lightfoot."

"Selama domba-domba berada di luar, para penggembala mengawasinya siang dan malam. Bila?hujan pertama mulai turun pada bulan Marchesvan, atau antara bulan Oktober dan November, ternak-ternak itu mulai dimasukkan ke kandangnya. Kita pun mengetahui bahwa domba-domba itu dilepas di padang terbuka selama musim panas. Karena para penggembala belum membawa pulang domba-dombanya, berarti bulan Oktober belum tiba. Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, ketika tidak ada domba-domba berkeliaran di padang terbuka di malam hari. Juga tidak mungkin dia lahir setelah bulan September, karena di bulan inilah domba-domba masih berada di padang waktu malam. Dari berbagai bukti inilah, kemungkinan lahir di bulan Desember itu harus disingkirkan. Memberi makan ternak di malam hari, adalah fakta sejarah?sebagaimana yang diungkapkan oleh Talmud (kitab suci Yahudi) dalam bab "Ringan Kaki".

Di ensiklopedi mana pun atau juga di kitab suci Kristen sendiri akan mengatakan kepada kita bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Catholic Encyclopedia sendiri secara tegas dan terang-terangan mengakui fakta ini.

Tidak seorang pun yang mengetahui, kapan hari kelahiran Yesus yang sebenarnya. Jika kita meneliti dari bukti-bukti sejarah dan kitab suci Kristen sendiri, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa Yesus lahir pada awal musim gugur - yang diperkirakan jatuh pada bulan September - atau sekitar 6 bulan setelah hari Paskah.


Beginilah firman tuhan :“Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak, orang memperkuatnya dengan paku dan palu supaya jangan goyang.” Yeremia 10:2-4

Kata Christmas ( Natal ) yang artinya Mass of Christ atau disingkat Christ-Mass, diartikan sebagai hari untuk merayakan kelahiran "Yesus". Perayaan yang diselenggarakan oleh non-Kristen dan semua orang Kristen ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katolik Roma. Tetapi, dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu? Sebab Natal itu bukan ajaran Bible (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah memerintah para muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang masuk dalam ajaran Kristen Katolik Roma pada abad ke empat ini adalah berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala.

Karena perayaan Natal yang diselenggarakan di seluruh dunia ini berasal dari Katolik Roma, dan tidak memiliki dasar dari kitab suci, maka marilah kita dengarkan penjelasan dari Katolik Roma dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul "Christmas", anda akan menemukan kalimat yang berbunyi sebagai berikut:

"Christmas was not among the earliest festivals of Church ? the first evidence of the feast is from Egypt . Pagan customs centering around the January calends gravitated to christmas."

"Natal bukanlah diantara upacara-upacara awal Gereja ? bukti awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari Mesir. Perayaan ini diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari ini, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus."

Dalam Ensiklopedi itu pula, dengan judul "Natal Day," Bapak Katolik pertama, mengakui bahwa:

"In the Scriptures, no one is recorded to have kept a feast or held a great banquet on his birthday. It is only sinners (like Paraoh and Herod) who make great rejoicings over the day in which they were born into this world."

"Di dalam kitab suci, tidak seorang pun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Firaun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini."

Encyclopedia Britannica, yang terbit tahun 1946, menjelaskan sebagai berikut:

"Christmas was not among the earliest festivals of the church? It was not instituted by Christ or the apostles, or by Bible authority. It was picked up of afterward from paganism."

"Natal bukanlah upacar - upacara awal gereja. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible (Alkitab) juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala."

Encyclopedia Americana terbitan tahun 1944 juga menyatakan sebagai berikut:

"Christmas?It was, according to many authorities, not celebrated in the first centuries of the Christian church, as the Christian usage in general was to celebrate the death of remarkable persons rather than their birth?" (The "Communion," which is instituted by New Testament Bible authority, is a memorial of the death of Christ.) "?A feast was established in memory of this event (Christ's birth) in the fourth century. In the fifth century the Western Church ordered it to be celebrated forever on the day of the old Roman feast of the birth of Sol, as no certain knowledge of the day of Christ's birth existed."

Sejak abad ke-4 Masehi, Gereja Katolik mencaplok 25 Desember sebagai Natal Yesus Kristus untuk menggeser pesta kafir tentang perayaan kelahiran dewa, diganti sebagai natal Yesus sang pembawa terang. Dengan inkulturasi seperti ini, mereka berharap agar para paganis dengan mudah beralih menjadi penganut Kristen. Makanya, beberapa kebiasaan yang terdapat pada perayaan Natal, diperkirakan berakar dari perayaan penyembahan berhala-berhala ini.

Kaisar Constantin Agung berusaha mempersatukan berbagai golongan dan agama guna keseimbangan politis dan agamawi di kekaisarannya. Maka diperkenalkanlah tadisi Natal pertama kali di Roma tanggal 25 Desember 336 yang menggabungkan tradisi penyembahan matahari dalam Mithraisme dengan tradisi perayaan kelahiran Yesus dalam Kristen. Sejak saat itulah 25 Desember diadopsi perlahan-lahan untuk merayakan Natal kelahiran Yesus. Otomatis, latar belakang Mithraisme pada perayaan Sol Invictus masih melekat. Misalnya, matahari yang disembah dalam perayaan Sol Invictus, diganti dengan simbol bahwa Yesus adalah Sang Matahari Kebenaran Penerangi Dunia.

Untuk menampik tudingan perayaan tradisi kafir, biasanya para penginjil berkilah, “Kalau kini Natal dirayakan sepenuhnya untuk kepentingan rohani dan setiap orang Kristen dapat bertumbuh dewasa karenanya, maka kaitannya dengan sejarah agama purba itu tentu saja bisa diabaikan” (Majalah Kristen Rajawali edisi Desember Th. XII no. 12 hlm. 16).
Alasan ini sudah tidak relevan. Jauh-jauh hari Herbert W Armstrong (1892-1986), Pastur Worldwide Church of God yang berkedudukan di Amerika Serikat,  telah membantahnya dengan mengutip Catholic Encyclopedia: “Sinners alone, not saints, celebrate their birthday.” Hanya orang kafir, bukan orang-orang suci, yang merayakan hari ulang tahun mereka!! [a. ahmad hizbullah mag/suara islam]

"Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya, umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut.." ("Perjamuan Suci" yang termaktub dalam Kitab Perjanjian Baru, hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus.) "?Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad keempat Masehi. Pada abad kelima, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari "Kelahiran Dewa Matahari." Sebab tidak seorang pun yang mengetahui hari kelahiran Yesus."

Sekarang perhatikan! Fakta sejarah telah membeberkan kepada kita bahwa mulai lahirnya gereja Kristen pertama sampai dua ratus atau tiga ratus tahun kemudian - jarak waktu yang lebih lama dari umur negara Amerika Serikat - upacara Natal tidak pernah dilakukan oleh umat Kristen. Baru setelah abad keempat, perayaan ini mulai diselenggarakan oleh orang-orang Barat, Roma dan Gereja. Menjelang abad kelima, Gereja Roma memerintahkan untuk merayakannya sebagai hari raya umat Kristen yang resmi.

Sejak abad ke-4 Masehi, Gereja Katolik mencaplok 25 Desember sebagai Natal Yesus Kristus untuk menggeser pesta kafir tentang perayaan kelahiran dewa, diganti sebagai natal Yesus sang pembawa terang. Dengan inkulturasi seperti ini, mereka berharap agar para paganis dengan mudah beralih menjadi penganut Kristen. Makanya, beberapa kebiasaan yang terdapat pada perayaan Natal, diperkirakan berakar dari perayaan penyembahan berhala-berhala ini.

Kaisar Constantin Agung berusaha mempersatukan berbagai golongan dan agama guna keseimbangan politis dan agamawi di kekaisarannya. Maka diperkenalkanlah tadisi Natal pertama kali di Roma tanggal 25 Desember 336 yang menggabungkan tradisi penyembahan matahari dalam Mithraisme dengan tradisi perayaan kelahiran Yesus dalam Kristen. Sejak saat itulah 25 Desember diadopsi perlahan-lahan untuk merayakan Natal kelahiran Yesus. Otomatis, latar belakang Mithraisme pada perayaan Sol Invictus masih melekat. Misalnya, matahari yang disembah dalam perayaan Sol Invictus, diganti dengan simbol bahwa Yesus adalah Sang Matahari Kebenaran Penerangi Dunia.

Untuk menampik tudingan perayaan tradisi kafir, biasanya para penginjil berkilah, “Kalau kini Natal dirayakan sepenuhnya untuk kepentingan rohani dan setiap orang Kristen dapat bertumbuh dewasa karenanya, maka kaitannya dengan sejarah agama purba itu tentu saja bisa diabaikan” (Majalah Kristen Rajawali edisi Desember Th. XII no. 12 hlm. 16).

Alasan ini sudah tidak relevan. Jauh-jauh hari Herbert W Armstrong (1892-1986), Pastur Worldwide Church of God yang berkedudukan di Amerika Serikat,  telah membantahnya dengan mengutip Catholic Encyclopedia: “Sinners alone, not saints, celebrate their birthday.” Hanya orang kafir, bukan orang-orang suci, yang merayakan hari ulang tahun mereka!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS